Cerita KKN (1) : Membangun Desa dengan Indomie

Indomie merupakan produk mi instan pertama di Indonesia. Indomie mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia pada tahun 1990-an. Brand Indomie sudah diekspor ke berbagai negara, mulai dari Benua Asia hingga Amerika. Namun, tahukah Anda bahwa Indomie dapat membawa perubahan yang sangat besar dalam pembangunan desa?

Desa Citepok merupakan salah satu bukti bahwa dengan Indomie, kehidupan warga di desa tersebut dapat berubah dengan signifikan. Desa yang berada di Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang, ini terkenal sekali maju di Sumedang berkat Indomie. Kok bisa?

Sebelum Indomie masuk ke pasar Indonesia, Desa Citepok termasuk desa yang amat tertinggal. Buktinya, listrik saja baru menyentuh desa ini pada tahun 1998. Padahal, desa-desa lain di wilayah Kecamatan Paseh sudah tersentuh listrik sebelum tahun tersebut.

Desa yang merupakan hasil pemekaran ini sebenarnya kaya akan potensi. Pertanian di sini bisa dibilang sangatlah potensial dibandingkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Paseh. Penyebabnya adalah, selain tanahnya subur, desa ini sangat dekat dengan sumber mata air Cicaneang yang merupakan sumber pengairan di lahan pertanian.

_DSC2151.jpg

Kondisi seperti di atas menyebabkan padi di sini bisa dibilang tidak mengenal musim tanam. Sepanjang tahun, sawah seluas 120 hektar ditanami padi. Selama setahun, sawah di desa ini dapat ditanami hingga tiga kali tanam. Hasil produksinya pun bisa sampai 30 ton per hektar setiap tahunnya. Selain padi, lahan-lahan di desa ini dimanfaatkan juga untuk perkebunan sawo, pisang, dan melinjo.

Selain itu, di Desa Citepok juga banyak sekali pengrajin rumahan emping dan rengginang. Olahan emping dan rengginang dari desa ini kualiatasnya sudah sangat terkenal ke luar Sumedang. Bahkan, banyak sekali permintaan pesanan dari para pemborong untuk dijual kembali oleh mereka di kota-kota besar.

Satu lagi, potensi lain yang tidak kalah potensialnya adalah wisata arung jeram. Wisata ini dikelola oleh Kelompok Sigap Bencana (KSB) Desa Citepok dengan Tagana dari Dinas Sosial Kabupaten Sumedang. Wisata yang memanfaatkan Sungai Cipeles ini sering dikunjungi oleh wisatawan yang menyukai petualangan air.

Potensi-potensi tersebut memberikan pemasukan yang besar bagi warga dan desa. Namun, potensi tersebut tidak dapat dimaksimalkan oleh warga di sini. Penyebabnya adalah karena terkendala dengan masalah pemasaran produk untuk dijual ke pasar. Produk-produk hasil desa ini belum memiliki merek sama sekali sehingga nilai jualnya belum bisa dimaksimalkan. Selain itu, promosi produk juga kurang begitu gencar karena hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut saja.

Penyebab lainnya adalah karena warga lebih banyak memilih untuk merantau ke kota-kota besar demi mendapat penghasilan yang lebih dibandingkan untuk mengelola potensi-potensi yang disebutkan di atas. Kebanyakan perantau-perantau tersebut adalah para pemuda yang di daerah rantaunya bisa membuka bisnis warung kopi (warkop) atau warung Indomie (warmindo).

Biasanya, satu warkop atau warmindo dikelola oleh lebih dari dua orang sehingga warga di sini memberlakukan sistem shift untuk menjaga kedai. Biasanya juga, pergantian shift dilakukan setiap sebulan atau dua bulan sekali.

Tradisi merantau ini sebenarnya sudah dimulai sejak 1980-an. Warga Citepok merantau ke kota-kota besar, mulai dari Bekasi, Jakarta, Bogor, Tanggerang, Depok, dan Bandung. Ketika tahun 1980-an, kedai yang mereka buat hanya menyediakan kopi, teh, susu, dan kue pancong khas Sumedang sehingga disebutlah kedai tersebut dengan sebutan warkop.

Ketika Indomie mulai dipasarkan, mereka pun membuat menu baru dengan menyediakan Indomie siap santap dengan berbagai rasa dan tambahan topping, seperti telur, kornet, dan keju sehinga sebutan  warkop pun berganti menjadi sebutan warmindo. Selain adanya tambahan menu mi, varian kopi, teh, dan susu, yang dijual pun makin beragam seiring dengan banyaknya produk-produk yang masuk ke pasaran.

Banyaknya varian menu yang disajikan akibat banyaknya produk baru yang masuk ke pasaran memberikan dampak yang signifikan bagi bisnis warkop. Penghasilan dari bisnis warkop tersebut dapat membangun Desa Citepok yang dulu sangat tertinggal.

Desa Cipetok kini sudah dapat menyamai bahkan melebihi desa lain. Hal itu dibuktikan dengan infrastruktur desa yang banyak dibangun dan kualitasnya bagus, rumah-rumah warga yang sudah dapat menyamai rumah-rumah yang ada di kota-kota besar, dan kesejahteraan warganya yang meningkat.

Tinggalkan komentar